Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penutupan Jalan Kaliurang Sebagai Bentuk Aroganisme UGM

Rencana Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menyatukan kampus bagian barat dan timur dengan menutup sepenggal jalan Kaliurang di antara kedua bagian tersebut, diusulkan oleh UGM bukan tanpa solusi lanjutan.

"Penutupan sepenggal jalan Kaliurang tersebut bukan berarti hanya sekedar menutup saja, namun UGM memiliki rencana tata kota yang sudah disiapkan dengan membuat jalan yang cukup lebar di utara dan selatan kampus, serta menghubungkan jalan AM Sangaji dengan jalan Gejayan," kata pakar perencanaan tata kota UGM Ir. Ikaputra M.Eng, Ph.D di Yogyakarta, Kamis.

Ia mengatakan, pada rencana besar UGM 2015, akan dilakukan upaya untuk mengintegrasikan kedua bagian kampus dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Sebenarnya rencana tersebut sudah muncul pada rencana besar tahun 1985, hal itu bisa dilihat dari jalan di kawasan RS Sardjito dan lembah UGM yang memang disiapkan sebagai jalur pengganti jika jalan Kaliurang ditutup.

Rencana besar UGM 2015 pada dasarnya juga mengusung hal yang sama, hanya saja saat ini kondisi UGM sudah berbeda dengan lingkungannya yang kompleks.

Ketua Komisi Perencanaan UGM itu mengatakan, skenario yang disiapkan oleh UGM jika diambil langkah menutup jalan Kaliurang yang berada di antara dua bagian kampus adalah membuat jalan yang cukup lebar di bagian utara dan selatan kampus, dan kedua jalan tersebut menghubungkan jalan AM Sangaji dengan jalan Gejayan.

"Tanpa dibuatnya jalan tersebut, arus transportasi akan semakin ruwet," katanya.

Dengan adanya kedua jalur yang cukup lebar tersebut, pengguna jalan dari arah utara UGM tidak perlu melewati jalur yang memutar ketika akan menuju jalan Malioboro atau jalan Solo, sedangkan pengguna jalan yang tujuannya ke daerah selatan UGM bisa melewati jalan di kawasan RS Sardjito atau lembah UGM.

Menurut Ikaputra, rencana tersebut merupakan rencana yang paling ideal untuk membuat tata kota yang tidak hanya mendukung kepentingan UGM namun juga tata kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara umum.

Namun rencana tersebut dapat berjalan jika ada kesamaan pandangan dan tercipta kerjasama antara UGM, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Sleman.

"Kabupaten Sleman sudah terlihat memiliki kesamaan ide dengan UGM mengenai perencanaan tata kota ini," katanya.

Ia mengatakan, selain skenario tersebut, ada dua skenario lagi yang disiapkan tanpa menutup jalan Kaliurang, yaitu jalan Kaliurang di kawasan UGM diturunkan dan diberi peredam suara di bahu jalan, kemudian di atas jalan tersebut dibuat jembatan penyeberangan.

"Sedangkan skenario terakhir adalah membuat terowongan di bawah jalan Kaliurang yang menghubungkan dua bagian kampus, namun alternatif ini tidak dapat menyelesaikan masalah kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor yang lewat," katanya.

SUMBER:KAPANLAGI.COM

Post a Comment for "Penutupan Jalan Kaliurang Sebagai Bentuk Aroganisme UGM"